Jumat, 30 Mei 2014

KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN




AMALAN DI BULAN SYA'BAN

Banyak orang meyakini bahwa bulan Sya’ban, terutama malam nishfu Sya’ban, merupakan saat yang memiliki fadlilah tersendiri. Karena itu, banyak orang melakukan amalan-amalan di bulan tersebut dengan maksud mendapatkan pahala yang lebih bayak. Amalan-amalan yang dilakukan beraneka ragam, mulai dari hal-hal yang bebentuk ibadah seperti puasa, dzikir dan berdoa; sampai hal-hal yang tidak bebentuk ibadah seperti membuat ketupat, membuat serabih; bahkan hingga hal-hal yang berbentuk maksiat.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Menurut Islam, bulan Sya’ban memang memilki keistimewaan. Diceritakan dalam hadits shohih bahwa Usamah bin Zaid bertanya,”Ya Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa di suatu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban”. Rasulullah menjawab, “Itu (bulan Sya’ban) bulan yang dilalaikan manusia diantara bulan Rajab dan Ramadhan. Itu bulan dimana amal perbuatan (manusia) dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Karena itu aku menginginkan amal perbuatanku dilaporkan dalam keadaan aku sedang berpuasa”. (An-Nasa’iy:2317).
Secara khusus, malam nishfu Sya’ban juga disebutkan dalam hadits shohih sebagai malam yang memiliki keutama-an. Rasulullah Bersabada, “Sesungguh-nya Allah memandang (dengan kasih sayang) kepada makhluknya pada malam nishfu Sya’ban, lalu mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan orang-orang yang ber-musuhan”. (Ibnu Majah: 1380). Versi lain menyebutkan bahwa pada malam nishfu Sya’ban Allah mengampuni seluruh hamba-hambanya kecuali dua golongan, yaitu orang orang yang bermusuhan dan pembunuh. (Ahmad:6352).
Amalan-Amalan Yang Dianjurkan di Bulan Sya’ban
Di bulan Sya’ban umat Islam disunnah-kan memperbanyak puasa. Aisyah berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak melihat Rasulullah berpuasa lebih banyak dari berpuasa di bulan Sya’ban”. (Bukhori: 1833). Hadits ini menggambarkan bagaimana puasa Rasulullah dalam satu tahun. Pada bulan Ramadhan Rasulullah berpuasa satu bulan penuh. Dan selain bulan Ramadhan, Rasulullah juga ber-puasa, tetapi yang paling banyak adalah pada bulan Sya’ban.
Tidak terdapat ketentuan jumlah hari dalam bulan Sya’ban dimana seseorang dianjurkan berpuasa. Selama bulan Sya’ban, seseorang boleh berpuasa hanya satu hari dan sudah mendapatkan keutamaan berpuasa bulan Sya’ban, boleh lebih dari satu hari, bahkan boleh berpuasa sebulan penuh dan bersam-bung dengan puasa bulan Ramdhan. Sebab, sebagaimana dituturkan Aisyah, Rasulullah juga pernah berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (Bukhori:1834).
Yang lebih penting bukanlah berapa hari seseorang melakukan puasa Sya’ban, tetapi seberapa mampukah seseorang melaksanakan puasa tanpa memaksakan diri dan seberapa mampukah seseorang merutinkan puasanya. Jadi, jika sese-orang hanya mampu melaksanakan puasa Sya’ban hanya satu hari, maka satu hari lebih baik dari pada lebih satu hari tetapi dengan memaksakan diri. Demikian pula puasa satu hari, tetapi dilaksanakan rutin setiap bulan Sya’ban, lebih baik dari pada puasa lebih dari satu hari tetapi bulan Sya’ban tahun berikutnya tidak puasa lagi. Rasulullah bersabda, “Ambillah amal yang kalian mampu melaksanakannya, karena se-sungguhnya Allah tidak ‘bosan’ hingga kalian bosan. Dan shalat yang paling disukai Nabi adalah shalat yang dirutinkan meskipun sedikit”. (Bukhori:1834, Muslim: 1302).
Tetapi, tentu saja berpuasa sebulan penuh lebih utama ketimbang puasa sepuluh hari, puasa sepuluh hari lebih utama ketimbang puasa lima hari, jika semuanya dilakukan sesuai kemampuan dan tanpa memaksakan diri serta dilakukan secara rutin.
Demikian pula, tidak ada hari paling utama untuk melakukan puasa Sya’ban. Seluruh hari dalam bulan sya’ban memiki derajat keutamaan yang sama. Jadi berpuasa pada tanggal satu sama derajat keutamaannya dengan puasa pada tanggal 15.
Terkait dengan tanggal, yang terpenting diketahui adalah bahwa berpuasa pada separoh terakhir bulan Sya’ban, yaitu tanggal 16 sampai dengan 30, hukumnya haram, kecuali jika puasa pada hari-hari tersebut bertepatan dengan puasa yang sudah rutin dijalankan.
Jadi, jika seseorang hendak berpuasa di bulan Sya’ban, maka ia tidak boleh ber-puasa pada tanggal 16 atau sesudahnya, kecuali dalam kasus-kasus berikut:
Jika seseorang sudah berpuasa sebelum tanggal 16, maka ia diper-bolehkan berpuasa pada separoh ter-akhir bulan Sya’ban. Misalnya, pada tanggal 15 atau sebelumnya sese-orang telah berpuasa Sya’ban, maka ia diperbolehkan berpuasa pada tanggal 16 dan sesudahnya.
Jika pada tanggal 16 atau sesudahnya bertepatan dengan hari dimana seseorang telah rutin menjalankan puasa, maka ia diperbolehkan men-jalankan puasa pada tanggal terse-but. Misalnya, seseorang rutin men-jalankan puasa Senin dan kebetulan hari tersebut jatuh pada tanggal 16, 23 dan 30 Sya’ban, maka ia diperbo-lehkan berpuasa pada tanggal-tanggal tersebut.
Jika seseorang memiliki hutang puasa, maka ia diperbolehkan mem-bayar (mengqodlo’) puasa tersebut pada separoh terakhir bulan Sya’ban. Misalnya, pada tahun 1430_H. sese-orang meninggalkan puasa karena udzur dan hingga tanggal 15 Sya’ban tahun 1432 ia belum membayarnya, maka ia diperbolehkan mengqodlo’ puasanya pada tanggal 16 Sya’ban atau sesudahnya.
Mengisi Malam Nishfu Sya’ban dengan Dzikir dan Doa
Pada malam nishfu Sya’ban umat Islam dianjurkan untuk menghidupkannya dengan melakukan dzikir dan doa. An-Nawawi berkata bahwa as-Syafi’iy dan pengikutnya berpendapat bahwa menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan dzikir dan doa termasuk sun-nah, meskipun hadits yang digunakan sebagai dasar lemah. Sebab dzikir dan do’a pada malam nishfu Sya’ban merupakan keutamaan amal (fadloilul a’mal) dan hadits dho’if bisa dijadikan dasar untuk hal-hal yang bersifat keutamaan amal. (An-Nawawy dalam Majmu’, 5:43)
Mengisi malam nishfu Sya’ban bisa dilakukan dengan membaca Yasin, Tahmid, Tasbih, Takbir, Istighafar atau dzikir dan doa lain. Tidak ada bacaan dzikir ataupun doa tertentu yang dianjurkan pada malam nishfu Sya’ban. Jadi, membaca Yasin sama besar pahalanya dengan membaca tasbih atau bacaan dzikir yang lain.
Diantara bacaan-bacaan yang dilakukan ulama adalah:
Surat Yasin  .1
 لاَاِلَهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيَن .2
اللَّهُمَّ يَا ذَالمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَالجَلَالِ وَالاِكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ, وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ, وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ, اللهم اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي اُمّ الْكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللهم بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارِ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي اُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ اُمُّ الْكِتَابِ). اِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ. اَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَ مَا لاَ نَعْلَمُ. وَمَا اَنْتَ بِهِ اَعْلَمُ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعَزُّ اْلاَكْرَمُ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Demikian pula, tidak terdapat hitungan tertentu yang dianjurkan dalam dzikir atau doa malam nishfu Sya’ban. Bacaan-bacaan tersebut bisa dibaca sekali, dua kali atau berapapun. Prinsipnya, semakin banyak seseorang membaca dzikir pada malam nishfu Sya’ban, semakin besar pahalanya dan semakin besar pula keutamaan yang diperoleh.
Amalan Bulan Sya’ban yang tidak diperbolehkan
Melakukan sholat nishfu Sya’ban yang biasanya berjumlah 100 rakaat dan di-lakukan dengan cara-cara tertentu adalah bid’ah munkaroh. Karena itu tidak boleh dilakukan. Hadits-hadits yang membicarakan amalan tersebut semuanya tidak bisa dipertangungja-wabkan. (An-Nawawy dalam Majmu’, 4:56).
Termasuk bid’ah munkaroh yang tidak boleh dijalankan adalah memasang ketupat di pintu rumah dan menyala-kan obor di sepanjang jalan menuju ru-mah dengan keyakinan bahwa ketupat dan obor tersebut bisa menjadi pe-tunjuk jalan bagi arwah nenek moyang yang akan pulang di bulan Sya’ban.
Amalan Mubah Di Bulan Sya’ban
Adapun membuat ketupat atau kue apem seperti tradisi di beberapa daerah yang dilakukan di bulan Sya’ban merupakan amalan mubah. Amalan-amalan tersebut tidak berhubungan dengan ibadah. Dan kalaupun diting-galkan juga tidak mendapat dosa. Tetapi jika membuat makanan-makanan tersebut dimaksudkan untuk sedekah, maka hal itu dapat menda-tangkan pahala bersedekah.

KHUTBAH JUM'AT: KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN


KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN


إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita telah memasuki bulan Sya'ban. Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hingga Rasulullah SAW bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)

Banyak orang yang lalai, bahkan sebagian menjadikan Sya'ban sebagai bulan pelampiasan. "Mumpung belum Ramadhan, kita puaskan maksiat", "Mumpung belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah", dan kalimat-kalimat senada kadang-kadang muncul dalam masyarakat kita sebagai bentuk betapa tertipunya manusia di bulan Sya'ban.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Dari Rasulullah kita menjadi tahu bahwa ternyata bulan Sya'ban adalah bulan yang istimewa. Mengapa? Sebab bulan ini adalah bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِي

Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. (HR. An-Nasa'i dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

Itulah keutama'an bulan Sya'ban yang pertama. Bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Keutamaan kedua bulan Sya'ban adalah, pada pertengahannya. Inilah yang dikenal dengan istilah Nisfu Sya'ban. Rasulullah SAW bersabda mengenai keutamaan nishfu Sya'ban :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya'ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Itulah dua keutamaan bulan Sya'ban, dan cukuplah hadits shahih bagi kita. Ada memang cukup populer di masyarakat tentang keutamaan Sya'ban sebagai bulan Rasulullah. Namun itu adalah hadits dha'if. Diantaranya adalah:

رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي

Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (HR. Dailami)

Hadits itu adalah hadits dha'if. Demikian pula hadits-hadits sejenis tentang keutamaan bulan Sya'ban yang senada dengan itu.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu apa amal di bulan Sya'ban yang dicontohkan Rasulullah SAW? Ini penting untuk kita ketahui dan amalkan. Sebab selain menghidupkan sunnah, mengikuti contoh dan teladan dari Rasulullah SAW adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Amal di bulan Sya'ban yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah.

حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan")

Begitulah. Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya'ban sekaligus menginginkan agar ketika amalnya diangkat pada bulan Sya'ban itu, Rasulullah SAW dalam keadaan sedang berpuasa.

Ummul Mukminin Aisyah juga meriwayatkan kebiasaan Rasulullah SAW itu.

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban. (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang bisa mengatakan "berpuasa sebulan penuh" padahal yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu".

Dari keterangan di atas, tahulah kita bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya'ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan itu amal diangkat, bulan itu dilalaikan oleh banyak orang, dan sekaligus puasa Sya'ban merupakan persiapan puasa Ramadhan.

Syaikh Muhyidin Mistu, Mushthafa Al-Bugha, dan ulama lainnya mengomentari menjelaskan dalam Nuzhatul Muttaqin, "Berpuasa sunnah pada bulan Sya'ban memiliki keistimewaan tersendiri. Sekaligus untuk persiapan menghadapi puasa Ramadhan. Selain itu, di bulan Sya'ban lah semua amal perbuatan manusia dinaikkan kepada Allah"

Yang perlu diperhatikan adalah, tidak boleh mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua hari terakhir Sya'ban kecuali puasa yang harus ditunaikan (karena nadzar, qadha' atau kafarat) atau puasa sunnah yang biasa dilakukan (puasa Dawud, Senin Kamis, dan lain-lain).

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ

Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa. (HR Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Amal kedua pada bulan Sya'ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqadha' puasa Ramadhan sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya'ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya.

Aisyah berkata:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya'ban, karena sibuk melayani Nabi SAW. (HR Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Amal ketiga pada bulan Sya'ban ialah memperbanyak ibadah dan amal kebajikan secara umum. Entah itu menggiatkan shalat rawatib, qiyamullail, tilawah Al-Qur'an, bershadaqah, dan lain-lain. Mengingat bahwa bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal, maka alangkah baiknya ketika amal kita benar-benar bagus pada bulan itu. Dengan catatan tetap sesuai sunnah.

Adapun malam nishfu Sya'ban, sebagaimana hadits di atas ia memang memiliki keutamaan. Ibnu Taimiyah menegaskan "Adapun malam Nishfu Sya'ban, di dalamnya terdapat keutamaan."

Karena itu, ada sebagian ulama salaf dari kalangan tabi'in di negeri Syam, seperti Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin Amir yang menghidupkan malam ini dengan berkumpul di masjid-masjid untuk melakukan ibadah tertentu pada malam Nishfu Sya'ban. Dari merekalah kaum muslimin mengambil kebiasaan itu. Imam Ishaq ibn Rahawayh menegaskannya dengan berkata, "Ini bukan bid'ah!"

Ulama Syam lain, di antaranya Al-Auza'i, tidak menyukai perbuatan berkumpul di masjid untuk shalat dan berdoa bersama pada Nishfu Sya'ban. Tetapi beliau dan ulama yang lain menyetujui keutamaan shalat, baca Al Quran dan lain-lain pada Nishfu Sya'ban jika dilakukan sendiri-sendiri. Pendapat ini yang dikuatkan Ibn Rajab Al-Hanbali dan Ibnu Taimiyah.

Adapun ulama Hijaz seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan para pengikut Imam Malik menganggap hal terkait Nishfu Sya'ban sebagai bid'ah. Namun menurut mereka, qiyamullail sebagaimana disunnahkan pada malam lainnya dan puasa di siangnya sebab termasuk Ayyamul Bidh ialah baik.

Semoga perbedaan pendapat mengenai Nishfu Sya'ban ini dipahami dengan baik dan tidak menghalangi kita untuk melaksanakan segala amal ibadah utama pada bulan Sya'ban. Amin Ya Robbal Alamin.